Saat anak mengalami diare, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengganti cairan tubuhnya yang hilang. Kemudian Anda harus mengetahui penyebabnya.
Menemukan penyebab diare pada anak dapat membantu menentukan jenis perawatan dan pengobatannya. Selain itu, Anda juga dapat mencegah penyebab diare tertentu agar penyakit ini tidak kambuh atau kembali lagi di kemudian hari.
Penyebab diare pada anak
Untuk sebagian anak, diare hanya akan berlangsung selama beberapa hari. Namun, diare juga dapat berlangsung lebih lama. Penyebab umum diare pada anak dapat berupa penyakit dan gangguan kesehatan. Di antaranya:
1. Infeksi pada saluran pencernaan
Penyebab diare pada anak yang pertama adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Jika sudah parah, ini bisa berujung pada diare kronis.
Anak dapat terinfeksi dari air, jajanan, makanan yang terkontaminasi, atau paparan dari orang lain melalui kontak fisik.
Lebih lanjut, berikut penjelasan mengenai penyebab diare pada anak yang disebabkan karena infeksi.
Virus
Infeksi virus merupakan penyebab utama diare pada anak dan sering terjadi saat cuaca cenderung dingin. Gejala yang terlihat saat anak mengalami diare karena virus termasuk demam dengan panas lebih dari 38 derajat, mencret (feses cair), muntah-muntah, kram perut, tidak nafsu makan, sakit kepala dan sakit pada bagian otot.
Bakteri
Penyebab diare pada anak karena infeksi bakteri terkadang sulit dibedakan dengan infeksi virus. Infeksi bakteri lebih sering terjadi di wilayah atau daerah dimana sulit untuk mendapat suplai air bersih.
Gejala yang umum terjadi saat anak mengalami diare karena bakteri adalah demam dengan panas lebih dari 40 derajat dan terdapat darah atau lendir pada feses.
Meski terlihat parah, diare karena infeksi bakteri biasanya akan mereda seiring berjalannya waktu. Namun Anda tetap tidak boleh menurunkan kewaspadaan.
Parasit
Sama seperti bakteri, infeksi parasit sering ditemukan di daerah yang sulit mendapatkan air bersih. Penyebab Diare pada anak ini jarang terjadi di negara maju.
Namun, mungkin terjadi saat anak tidak sengaja meminum air yang terkontaminasi seperti air dari kolam renang umum atau sepulang dari berkunjung dari negara-negara berkembang.
Setelah terinfeksi, si kecil dapat mengalami masalah saat mencerna karbohidrat seperti laktosa dan protein yang terkandung dalam makanan seperti susu dan olahannya, atau soya.
Masalah pencernaan ini dapat memperburuk diare, seringkali diare bertahan selama 6 minggu. Atau, diare tidak akan hilang sebelum perawatan atau pengobatan karena bakteri atau parasit masih berada dalam sistem pencernaan.
2. Celiac disease
Celiac disease (penyakit celiac) adalah gangguan pencernaan yang merusak usus kecil. Penyakit ini dipicu dengan mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.
Gluten adalah protein yang ditemukan secara alami dalam gandum, biji barley, dan gandum hitam. Makanan seperti roti, pasta, kue, dan kue mengandung gluten. Celiac disease dapat menyebabkan diare kronis pada anak-anak dari segala usia.
3. Gangguan fungsi gastrointestinal (GI)
Gejala dari diare yang disebabkan gangguan fungsi GI berasal dari perubahan cara kerja pada saluran pencernaan. Terdapat dua jenis gangguan fungsi GI yang dapat menyebabkan diare kronis pada anak.
Toddler’s diarrhea (diare balita)
Penyebab diare pada anak ini sering terjadi pada kelompok umur 1 sampai 5 tahun. Seorang anak yang mengalami toddler’s diarrhea, hanya akan menunjukan gejala diare yaitu sering buang air besar setidaknya 4 kali dalam sehari saja dan tidak menunjukan gejala lain. Pertumbuhan mereka pun tidak terganggu serta berat badan dapat naik secara normal dan tetap sehat.
Sindrom iritasi usus (Inflammatory Bowel Syndrome)
Gejala yang sering ditunjukan saat diare disebabkan oleh IBS adalah nyeri, rasa tidak nyaman, atau kram pada bagian perut dan disertai diare, konstipasi atau keduanya. IBS tidak menyebabkan penurunan berat badan, muntah atau darah pada feses.
4. Alergi dan intoleransi makanan
Tak hanya karena kontaminasi makanan, anak yang memiliki alergi atau intoleransi dapat mengalami diare saat mengonsumsi makanan tertentu.
Alergi makanan
Susu, olahannya, dan kedelai adalah salah satu penyebab diare pada anak. Makanan tersebut merupakan penyebab alergi paling banyak yang mempengaruhi saluran pencernaan anak.
Alergi pada makanan tertentu biasanya muncul di tahun pertama setelah dilahirkan. Sebagian besar alergi pada makanan yang disebutkan tadi akan hilang setelah anak menginjak usia 3 tahun.
Intoleransi laktosa, fruktosa, dan sukrosa
Si kecil yang memiliki intoleransi laktosa (susu), fruktosa (pemanis alami pada buah-buahan), dan sukrosa (pemanis buatan) dapat mengalami diare saat mengonsumsi makanan apapun yang mengandung ketiga bahan makanan tersebut.
5. Penyakit radang usus (Inflammatory bowel disease)
Dua jenis penyakit radang usus utama adalah Crohn dan Kolitisulserativa. Kedua gangguan kondisi kesehatan tersebut mungkin menyerang anak di segala kelompok usia. Namun, umumnya di usia sekolah atau sudah memasuki usia remaja.
6. Obat-obatan
Jenis obat seperti laksatif dan antibiotik dapat memicu diare pada anak maupun orang dewasa. Pastikan untuk berkonsultasi pada dokter sebelum berhenti menjalani pengobatan karena dokter dapat memberikan rekomendasi pengurangan dosis, merubah pola makan, menambahkan probiotik, atau beralih antibiotik lain.
Komplikasi diare pada anak
Diare yang sudah kronis dapat menyebabkan komplikasi, yaitu:
1. Dehidrasi
Dehidrasi rentan terjadi pada anak yang mengalami diare, terutama diare akut. Tubuh anak lebih banyak kehilangan cairan dan elektrolit karena terbuang bersamaan feses. Gejala dari dehidrasi di antaranya:
- Urine yang dikeluarkan saat kencing lebih sedikit
- Mulut, lidah, dan bibir kering
- Saat menangis, air mata yang keluar lebih sedikit
- Mata terlihat cekung
- Lemas
- Jadi lebih sensitif atau kurang energi (lesu)
- Wajah pucat
- Merasa ngantuk
- Napas lebih cepat tapi pendek
- Anak jadi lebih rewel
- Tidur sepanjang hari
- Tubuh dingin, serta pucat pada kaki dan tangan
- Kulit berkeriput
Segera hubungi dokter saat anak menunjukkan gejala dehidrasi. Dehidrasi yang parah dapat membahayakan dan menandakan masalah kesehatan lain yang lebih serius dan fatal.
2. Malabsorpsi
Diare pada anak juga dapat menyebabkan tubuh tidak mampu menyerap nutrisi dari makanan sehingga anak kekurangan protein, kalori, dan vitamin, yang disebut malabsorpsi. Lalu anak menjadi kekurangan asupan nutrisi yang disebut malnutrisi.
Gejala dari malabsorpsi antara lain:
- Kembung
- Perubahan nafsu makan
- Gas
- Feses cair, berminyak dan berbau menyengat
- Berat badan turun atau sulit bertambah
Diagnosis diare pada anak
Untuk mengetahui penyebab diare pada anak, terutama diare kronis, dokter akan mengandalkan informasi yang didapat dengan melakukan pemeriksaan, di antaranya:
1. Kondisi medis anak dan keturunan keluarga
Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai berapa lama diare sudah berjalan, berapa kali si Kecil buang air, seberapa sering si Kecil terkena diare, dan gejala lain selain diare.
Lalu beberapa penyakit keturunan juga dapat menyebabkan diare, seperti penyakit Crohn. Namun, ini sangat jarang.
2. Pemeriksaan fisik
Biasanya dokter akan memeriksa tekanan darah dan detak jantung, memeriksa apakah si Kecil menunjukkan gejala dehidrasi atau malabsorpsi, menggunakan stetoskop untuk mengetahui kondisi perut, dan mengetuk perut si Kecil.
3. Memeriksa feses dan darah
Memeriksa feses dapat menunjukkan apakah terdapat darah pada saluran pencernaan, infeksi, dan alergi makanan. Sedangkan ketika darah diperiksa, dokter dapat mengetahui tanda atau gejala penyakit tertentu seperti infeksi atau penyakit celiac.
Kapan harus menghubungi dokter?
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi adalah dengan menjamin ketersediaan cairan dalam tubuh anak. Ini bisa dilakukan dengan memberikan oralit.
Jika tidak ada, dapat diberikan larutan gula garam. Selain itu, obat diare khusus anak seperti Entrostop Herbal Anak juga dapat diberikan sebagai pertolongan pertama di rumah.
Orangtua harus peka terhadap setiap gejala diare pada anak. Segera lakukan kunjungan ke dokter saat mendapati tanda-tanda sebagai berikut:
- Anak berumur di bawah 6 bulan
- Diare berlangsung lebih dari 24 jam
- Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celcius
- Nyeri parah di perut atau anus
- Terdapat darah di feses
- Feses berwarna hitam
- Menunjukkan gejala dehidrasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
- Menolak untuk minum air
Dengan memahami diare lebih lanjut, diharapkan orang tua dapat melakukan pencegahan dan perawatan. Sehingga diare tidak menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi dan malnutrisi.
Sumber:
- Fries, W. C. (2012, April 5). Diarrhea in Children: Causes and Treatments.
- Patient Education: Acute Diarrhea in Children (Beyond the Basics). (2019).
- U.S. National Library of Medicine. (2016). When your child has diarrhea: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Diakses 12 Desember 2019
- Turmeric. RXList. Diakses 3 Januari 2020.
- Birdi, T., & Gupta, P. (2015). Psidium guajava leaf extract prevents intestinal colonization of Citrobacter rodentium in the mouse model. Journal Of Ayurveda And Integrative Medicine, 6(1), 50. Diakses 3 Januari 2020.
- Besra, S., Gomes, A., Ganguly, D., & Vedasiromoni, J. (2003). Antidiarrhoeal activity of hot water extract of black tea (Camellia sinensis). Phytotherapy Research, 17(4), 380-384. Diakses 3 Januari 2020.