Para ibu sering menghadapi kesulitan untuk membedakan feses (tinja) bayinya apakah dalam kondisi normal atau terkena tidak. Untuk itu sebaiknya kenali lebih jauh kotoran bayi pada umumnya dalam kondisi sehat.
Pada bayi yang baru lahir, feses yang keluar akan berwarna coklat atau kehitaman dan tidak berbau. Ini biasa disebut Meconium. Sebenarnya ini bukan kotoran melainkan bilirubin dan sel darah merah yang ada sejak bayi berada dalam kandungan.
Pemberian ASI pertama yang mengandung colostrum merangsang pencernaan bayi untuk mengeluarkan meconium selama kurang atau 3 hari lamanya.
Setelah lewat dari masa itu, bayi yang mengkonsumsi ASI bentuk tinjanya akan terlihat lebih encer atau cenderung lembut dan berbusa serta berwarna kuningan.
Kadang kala disertai butiran-butiran putih menyerupai biji cabai. Sedangkan bayi dengan asupan susu formula akan mengeluarkan tinja yang lebih keras dan lebih berbau dibandingkan dengan bayi dengan asupan ASI.
Bayi pada usia di bawah 1 bulan memiliki frekuensi buang air yang tebilang sering. Biasanya 4 sampai 5 kali dalam satu hari. Namun ketika usianya sudah melebihi 1 bulan, frekuensi buang air pada bayi akan berangsur-angsur berkurang menjadi 1 atau 2 kali saja per harinya.
Mengenali Diare pada Bayi
Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh virus, parasit dan bakteri, menjadi salah satu penyebab terjangkitnya diare pada bayi dan balita.
Penyakit ini memang masih banyak menyerang anak – anak dan bayi, Terutama pada negara berkembang dengan tingkat higienitas hidupnya masih terbilang rendah.
Berdasarkan informasi dari WHO (2017), diare telah merenggut sekitar 525.000 anak setiap tahunnya di seluruh dunia. Hal ini menjadikan penyakit diare sebagai penyebab kematian kedua terbesar pada anak pada usia di bawah 5 tahun.
Organisme bakteri, virus dan parasit menyebar melalui melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi. Juga Alat makan dan minum yang kurang bersih dan langsung digunakan. Serta dari dan antar orang karena buruknya sistem higienitas hidup.
Indikasi bahwa bayi terserang diare apabila tiba-tiba frekuensi buang air besarnya menjadi jauh meningkat. Tinja yang dikeluarkan juga lebih banyak jumlahnya, serta lebih encer cenderung cair.
Pada kasus diare yang lebih serius tingkatannya, tinja bayi akan berlendir, berwarna gelap dan dan ada bercak darahnya.
Penyebab Bayi Terkena Diare
Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Virus
Virus yang biasa menyebabkan diare akut pada bayi dan anak-anak adalah virus rotarvirus. Selain itu ada juga beberapa virus lain penyebab diare diantaranya virus hepatitis, virus Norwalk dan cytomegalovirus.
Baru – baru ini coronavirus (Covid-19) sebagai penyebab penyakit corona sudah dikaitkan dengan mual muntah dan diare sebagai gejala gastrointestinal.
b. Parasit dan Bakteri
Biasanya bayi dan anak-anak tertular parasit dan bakteri dari makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Bakteri C. Difficile adalah bakteri yang disebabkan oleh penggunaan obat antibiotik yang mengakibatkan infeksi cukup parah pada saluran pencernaan.
c. Lactose intolerant atau Intoleransi laktosa
Kesulitan mencerna laktosa yang terkandung pada susu sapi akan mengalami diare setelah mengkonsumsi susu sapi dan semua produk susu sapi.
d. Fruktosa
Gula alami yang terkandung dalam buah-buahan dan madu disebut Fruktosa. Balita dan anak-anak yang memiiki kesulitan dalam mencerna fruktosa akan mengalami diare.
Artifisial Pemanis atau Pemanis Buatan
Jenis pemanis buatan yang banyak dijumpai pada permen karet atau produk bebas gula lainnya yaitu manitol dan sorbitol. Untuk beberapa anak dan balita pemanis buatan ini dapat menyebabkan diare.
e. Asupan makanan ibu
Bayi yang masih mendapatkan air susu ibu (ASI) rentan mengalami diare karena makanan yang dimakan ibu. Ini karena makanan yang Anda makan dapat mengalir masuk ke dalam ASI sehingga memengaruhi sistem pencernaan bayi.
Berbagai jenis makanan yang paling berpotensi memicu diare pada bayi meliputi cokelat, makanan pedas, serta kafein. Itulah mengapa ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk sangat memerhatikan sumber makanan harian.
Sebab tidak menutup kemungkinan bayi berisiko mengalami diare ketika ibu makan makanan tertentu.
f. Alergi susu formula
Jika bayi tidak lagi mendapatkan ASI, pemberian susu formula bisa menjadi alasan lain ia mengalami diare. Diare akibat susu formula ini terjadi karena bayi mengalami alergi atau tidak cocok dengan jenis formula tertentu.
Selain itu, diare yang disebabkan karena susu formula bisa disebabkan karena cara pemberian susu kurang bersih, mulai dari cara penyajian, hingga botol dan kemungkinan susu formula yang terkontaminasi.
Jadi, sebaiknya perhatikan kandungan tertentu di dalam susu formula dan cara penyajian yang bersih sebelum memberikannya kepada bayi.
g. Mulai makan makanan padat
Perubahan dalam pola dan asupan makanan bayi tak jarang menyebabkan pergerakan usus bayi juga ikut berubah. Alhasil, bayi kemudian mengalami diare karena masih dalam tahap beradaptasi dengan makanan padat.
Beberapa jenis makanan yang biasanya menyebabkan bayi mengalami diare yakni telur, gluten, kacang-kacangan, hingga produk olahan susu seperti keju dan yoghurt.
Langkah – langkah untuk menghindari bayi terserang diare
- Selalu menjaga kebersihan asupan makanan serta peralatan makanan dan minum yang akan dipergunakan oleh bayi.
- Memperhatikan kebersihan peralatan dan mainan anak serta tempat-tempat di rumah, lingkungan sekitar.
- Tidak memberikan makanan yang mungkin sulit untuk dicerna oleh bayi atau anak balita, seperti laktosa dan fruktosa pada kasus-kasus tertentu.
- Memberikan asupan ASI yang cukup, berarti membantu bayi untuk melawan bakteri dan parasit dalam pencernaan. Karena ASI mengandung antibody berguna untuk membunuh parasit dan bakteri.
Referensi:
- Mayo Clinic Staff (2020) – Diarrhea Symptom and Causes . Retrieved 20 May 2021
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diarrhea/symptoms-causes/syc-20352241 - Ediyati. Astri (2020). 12 Jenis BAB Bayi Warna Hingga Tanda Bahaya Yang Perlu Bunda Tahu. Retrieved 20 May 2020
https://www.haibunda.com/parenting/20201012220051-60-166838/12-jenis-bab-bayi-warna-hingga-tanda-bahaya-yang-perlu-bunda-tahu - WHO (2017). Health Topic – Diarrhoea
https://www.who.int/topics/diarrhoea/en/