Diare dan Muntaber pada Anak, Simak Cara Membedakannya

Tips & Cara Mengatasi Bayi Mencret Agar Tidak Dehidrasi

Diarepedia.com – Muntaber adalah istilah yang banyak digunakan pada masyarakat awam untuk penyakit flu perut atau gastroenteritis. Meskipun namanya flu perut, tetapi kondisi ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan influenza.

Gejala penyakit ini ditandai secara umum dengan buang-buang air besar disertai dengan muntah.

Kenali Perbedaan Diare dan Muntaber pada Anak

Muntaber dan diare merupakan dua penyakit yang memiliki banyak kemiripan meskipun sebenarnya keduanya berbeda. Namun, baik diare dan muntaber sama-sama mudah menjangkiti anak-anak dan bayi.

Agar penanganan, penanggulangan dan pencegahan tepat guna dan mengenai sasaran, sebagai orang tua kita sebaiknya mengetahui perbedaan masing-masing penyakit ini.

Diare akut diartikan sebagai kenaikan frekuensi buang air besar secara mendadak sedikitnya tiga kali dalam sehari.

Selain itu, indikasi lain diare adalah peningkatan kadar air dan pengeluaran feses yang seharusnya. Nilai normalnya pada bayi dan anak kecil adalah 10 mL/kg/hari sedangkan pada anak remaja dan dewasa 200g/hari.

Peningkatan ini disebabkan ketidak seimbangan fisiologi bayi dan anak dan keterkaitan usus besar dalam penyerapan ion, air dan nutrisi. Faktor penyebab diare bermacam-macam, dari hal yang ringan hingga berat.

Diare akut yang terjadi pada anak-anak umumnya disebabkan oleh infeksi yang terjadi di usus halus, pada usus besar dan atau pada keduanya.

Tetapi tidak hanya itu, banyak hal yang dapat menimbulkan diare akut pada anak. Diantaranya sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati.

Di beberapa kasus, diare biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Tetapi jika penyebab diare adalah infeksi akut, penyembuhannya akan memerlukan waktu yang cukup lama.

Tidak ada resiko yang terlalu serius jika diare akut yang dialami merupakan buang-buang air biasa yang tidak mendatangkan resiko dehidrasi.

Seperti ketika hanya mengeluarkan feses bertekstur lembek dan tidak lebih dari 4 kali dalam sehari tanpa disertai gejala lain.

Namun demikian dehidrasi tetap menjadi komplikasi yang sangat umum terjadi ketika menderita diare akut dengan frekuensi BAB yang tinggi dan tekstur kotoran berbentuk cair.

Infeksi usus halus dan usus besar oleh bakteri, virus dan parasit bukan satu-satunya penyebab diare pada anak.

Keracunan makanan yang terkontaminasi, alergi pada makanan tertentu juga disebabkan oleh alergi makanan tertentu, gangguan penyerapan sari makanan dan efek samping obat bisa menjadi pemicu terjadinya kondisi ini.

Salah satu indikasi utama serangan muntaber ditandai dengan adanya gejala diare. Namun kondisi diare saja tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa seseorang terkena muntaber.

Muntah-muntah, sakit kepala, menggigil, demam, mual, sakit pada bagian perut, menurunnya nafsu makan hingga nyeri otot dan sendi merupakan kondisi yang menyertai ketika muntaber, baik pada anak-anak dan orang dewasa.

Muntaber atau gastroenteritis akut merupakan peradangan pada lambung dan usus halus. Hal ini yang menjadi salah satu pembeda antara muntaber dan diare.

Dimana peradangan lambung jarang terjadi pada diare akut. Penyebab muntaber adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bisa juga karena bakteri.

Muntaber pada anak sangat berbahaya dan harus segera ditangani. Kondisi penyakit ini yang disertai dengan muntah-muntah selain perubahan frekuensi buang air besar yang lebih tinggi dan dengan tekstur cair, membuat anak dengan mudah dan cepat mengalami dehidrasi.

Sedangkan ancaman dehidrasi pada anak saat sakit diare hanya terjadi pada diare akut yang berkelanjutan dan disertai beberapa gejala lain seperti yang sudah disampaikan di atas.

Penanganan Diare Dan Muntaber

Untuk kedua penyakit ini hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah menjaga anak agar tidak mengalami dehidrasi. Penting untuk selalu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pada anak dan bayi yang terjangkit.

Untuk bayi yang berusia 0 – 6 bulan dan masih menggunakan ASI sebagai asupan makanannya, usahakan bayi untuk tetap diberikan ASI sesering dan sebanyak mungkin.

Sedangkan untuk anak-anak dengan MPASI atau sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, selain disusui lebih sering pemberian makanan berbentuk lunak pun harus diberikan sedikit demi sedikit.

Pemberian asupan makanan yang encer dan mudah dicerna serta memberikan minum lebih sering dan banyak menjadi salah satu cara agar anak dan balita yang sudah tidak mengkonsumsi ASI dapat terhidrasi.

Pada sebagian kasus, diare dan muntaber akan sembuh dengan sendirinya ketika kita menjaga tubuh anak tetap terhidrasi dan mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya selama sakit. Namun di beberapa kondisi lain, keparahan yang meningkat bisa sangat mungkin terjadi.

Kita harus segera membawa anak atau bayi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih cepat dan tepat ketika kedua penyakit ini membuat kondisi tubuh si penderita mengalami hal-hal berikut :

1. Dehidrasi

Kondisi ini ditandai dengan:

  • Anak menjadi rewel tetapi tidak mengeluarkan air mata ketika menangis
  • Air urin berwarna keruh atau tidak keluar urin sama sekali
  • Tampak cekung pada bagian pipi dan mata
  • Lemas dan tampak tidak bertenaga
  • Menurunnya elastisitas kulit

2. Anak mengalami demam di atas 38 derajat celcius

3. Muntah – muntah yang berlangsung selama berjam-jam

4. Feses bercampur dengan bercak darah

Referensi :

  1. Diarrhoea and Vomiting in Children. Health Direct Staff. 2019. Health Direct.
    https://www.healthdirect.gov.au/diarrhoea-and-vomiting-in-children
  2. What causes Concurring Diarrhea and Vomiting, and How to Treat It. Longhurst, andrienne Santos. Healthline. 2018.
    https://www.healthline.com/health/diarrhea-and-vomiting
  3. Symptoms & Causes of Viral Gastroenteritis (“Stomach Flu”). 2018. NIDDK.
    https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/viral-gastroenteritis/symptoms-causes
  4. Diarrhea Differential Diagnoses. Guandalini MD, Stefano. 2020. Medscape.
    https://emedicine.medscape.com/article/928598-differential