Diarepedia.com – Selain karena adanya infeksi pada usus karena virus, bakteri dan parasit; diare bisa terjadi sebagai warning bagi kita bahwa ada penyakit yang lebih serius dalam diri kita.
Penyakit inilah yang menyebabkan terjadinya diare. Lalu bagaimana mengenalinya? Apakah cara yang tepat untuk menangani hal ini? Ada baiknya kita mengenali diare lebih dalam.
Diare dan Penyakit Lain yang Lebih Serius
Diare merupakan kondisi tubuh yang menyakitkan, meresahkan sekaligus menyebalkan. Selain merasakan sakit pada bagian perut, kita juga dipaksa untuk pergi ke toilet untuk buang air besar berulang-ulang.
Umumnya diare disebabkan karena adanya infeksi pada usus karena virus, bakteri dan parasit yang bisa menularkan ke orang lain. Diare ini disebabkan karena rendahnya tingkat sanitasi yang rendah dalam lingkup individu dan lingkungan.
Penanganan untuk jenis diare ini bisa dengan cara yang sederhana. Bahkan di beberapa kasus, tidak memerlukan obat-obatan medis untuk mengobatinya.
Cukup dengan obat-obatan tradisional atau memantang memakan sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada usus. Atau tidak mengkonsumsi makanan yang memicu diare lebih parah karena alergi terhadap makan tertentu.
Diare yang berlangsung secara berkepanjangan atau berulang biasa disebut diare kronik. Kondisi ini disertai dengan tanda-tanda berupa bercak darah atau berwarna hitam pada feses. Diare kronik yang terjadi mungkin saja diakibatkan oleh penyakit lain yang diderita.
Untuk mengetahui pemicu timbulnya diare dan cara penanganan yang tepat, kita sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Kita akan diminta untuk melakukan beberapa tes medis untuk mengetahui faktor terjadinya buang-buang air besar tersebut.
Beberapa tes yang umum dilakukan untuk mencari sumber permasalahan diare yang kita alami antara lain:
Tes Feses
Tenaga kesehatan akan melakukan pengetesan terhadap sampel tinja penderita di laboratorium. Hal ini untuk mencari tahu kemungkinan penyebab sakit perut dan buang-buang air besar
Cek Darah
Tes ini dilakukan di laboratorium terhadap sampel darah guna mengetahui kemungkinan adanya anemia, peradangan, infeksi dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Tes Hidrogen Pada Napas
Untuk melakukan tes ini, kita akan diminta minuman cairan yang mengandung laktosa dalam jumlah tertentu.
Kemudian petugas kesehatan akan meminta kita untuk menghembuskan napas ke dalam alat penguji sejenis balon. Di dalam alat ini, hembusan nafas tersebut dikumpulkan untuk diuji.
Kandungan hidrogen pada nafas manusia normal akan berjumlah sedikit. Namun jika ditemukan hidrogen yang banyak dalam tes napas ini, maka dapat dipastikan penderita mengalami intoleran terhadap laktosa.
Kolonoskopi
Sebelum tes ini dilakukan, pasien diharuskan untuk mengosongkan perut dari makanan padat dan minuman. Puasa dimulai pada tengah malam sebelum tes keesokan harinya dilakukan.
Tes ini menggunakan kamera dan tabung berlampu yang dimasukkan ke dalam rektum untuk melihat keadaan usus besar secara keseluruhan.
Sigmoidoskopi
Prosedur yang sama diberlakukan pada tes ini. Perbedaannya, tes ini hanya untuk melihat rektum bagian bawah usus besar saja.
Penyakit Penyebab Timbulnya Diare
Penyebab dari diare ini dapat diketahui secara pasti ketika hasil tes sudah didapat. Terjadinya Diare kronis pada umumnya merupakan indikasi adanya penyakit lain yang lebih serius dalam diri kita.
Beberapa jenis penyakit dapat menyebabkan diare yang berdurasi lebih dari empat minggu dan berulang selama penyakit utamanya belum disembuhkan.
4 jenis penyakit yang biasa menyebabkan tubuh mengalami buang air dengan frekuensi yang lebih banyak dari kondisi normal yaitu:
IBS (Irritable Bowel Syndrome)
IBS adalah kondisi gangguan pencernaan akibat iritasi usus yang menyebabkan berbagai gejala. Tanda atau gejala yang biasa timbul antara lain mulas, diare atau / dan sembelit, kram perut dan gas pada perut.
Penderita IBS biasanya mengalami mulas hingga buang-buang air yang sering pada malam hari. Meskipun hanya sedikit orang mengalami IBS parah, namun pada kasus serius IBS dapat mengakibatkan kanker kolorektal.
Kita dapat mencurigai IBS dan harus diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ketika diare berkelanjutan di malam hari.
Pendarahan pada rektal, penurunan berat badan secara drastis, perut sebah karena banyak gas pada bagian perut. Selain itu, gejalanya juga disertai dengan lendir dan darah.
Crohn Disease
Penyakit Crohn adalah salah satu penyakit radang usus yang merupakan penyakit autoimun. Peradangan pada saluran pencernaan termasuk mulut, usus dan anus merupakan gejala yang terjadi ketika penyakit ini menyerang. Namun, peradangan banyak terjadi pada usus halus dan usus besar.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit crohn. Kecenderungan lebih disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika, sanitasi pribadi dan lingkungan serta gangguan kekebalan tubuh menjadi pemicu Crohn disease.
Gejala dari penyakit ini, termasuk diare akan muncul dan hilang (remisi) dalam waktu tertentu dengan sendirinya. Tetapi akan kambuh lagi pada waktu tertentu yang disebut dalam istilah flare up.
Pankreatitis Kronis
Selain memproduksi insulin yang berguna untuk mengatur kadar gula dalam darah, pankreas juga memproduksi enzim pencernaan. Enzim ini berguna untuk membantu mencerna karbohidrat, lemak dan protein dengan baik.
Mengkonsumsi minuman beralkohol dalam periode yang panjang dapat membuat kerusakan pada pankreas. Kondisi pankreatitis kronis akan diawali dengan beberapa kali pankreatitis akut yang berulang.
Parutan permanen dan fibrosis pankreas yang ditimbulkan karena peradangan berkelanjutan akibat kondisi pankreatitis kronis. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan pankreas memproduksi insulin dan enzim pencernaan yang menjadi menurun.
Dari keadaan tersebut, maka akan timbul gejala seperti diare, merasa mulas terus menerus dan feses berminyak berbau sangat tidak sedap. Selain masalah pencernaan, hal ini juga menimbulkan penyakit diabetes.
Penyakit Diabetes
Diabetes atau kelebihan kadar gula dalam darah, merupakan penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Diare pada penderita diabetes bisa disebabkan karena infeksi usus akibat pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Atau karena pankreatitis kronis yang membuat sistem pencernaan tidak mampu menyerap asupan nutrisi yang dicerna di dalam usus.
Kekurangan nutrisi ini akan memperburuk kondisi penderita diabetes yang dikenal dengan istilah Neuropati Diabetic. Dimana penderita mengalami mati rasa atau nyeri akibat kerusakan serabut saraf. Termasuk ketidakmampuan mengontrol buang air besar.
Yang perlu diingat ketika mengalami diare akut maupun kronis, harus selalu memastikan tubuh terhidrasi dengan baik. Kita harus dapat mencukupi asupan air dan nutrisi termasuk elektrolit dan mineral untuk menghindari kondisi fatal akibat diare.
Referensi:
- Chronic Diarrhea. Garrett J. Descoteaux-Friday. Isha Shrimanker. 2020. NCBI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544337/ - Irritable bowel syndrome. Mayo Staff. 2019. Diseases & Conditions. Mayo Clinic.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/irritable-bowel-syndrome/symptoms-causes/syc-20360016 - https://www.cdc.gov/healthywater/hygiene/disease/chronic_diarrhea.html
- https://medlineplus.gov/diarrhea.html
- Is Diarrhea a Symptom of Diabetes? Pointer, Kathleen. 2018. Healthline. Health.
https://www.healthline.com/health/diabetes/diabetes-and-diarrhea - Diarrhea. Medically Reviewed by Dan Brennan, MD. WebMD. Reference.
https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-diarrhea